Bertamu ke Tulang Gajah

Keadaan ini mengantarkan saya pada suatu waktu, untuk kepentingan pekerjaan saya harus bertemu dengan orang-orang hebat ini. Adalah bu Alif yang menyambut kami bertiga, saya, mas Deddy (Bidang Litbang) dan mas Yoko (Bidang Infrastruktur).

Sempat kelewatan beberapa langkah, akhirnya dengan susah payah di tengah gemuruh lalu lintas jalan nasional depan sekolah yang sangat padat, mobil kami yang berbranding Geopark Bojonegoro berhasil terparkir dengan aman di halaman sekolah.

Diiringi oleh senyuman dan wajah polos penuh keingintahuan murid-murid SDN Panjunan 2 Kalitidu, bu Alif dengan gestur tangannya mengarahkan kami untuk mengikutinya. Ini dia, museum yang tidak terkenal itu. Yang selama beberapa hari terakhir membuat saya menerka-nerka apakah gerangan sebenarnya museum 13 yang oleh dokumen diceritakan sebagai sebuah entitas yang belum bisa saya tangkap maknawi dan visualisasinya.

Tapi begitu kaki melangkah ke dalam ruangan itu, saya tak mampu membendung ketakjuban yang meluap-luap. Hanya seukuran ruang kelas biasa, tak ada yang istimewa dengan bangunannya, seperti halnya tipikal ruang kelas sekolah dasar yang ada di seluruh pulau jawa, tembok setengah badan dan selebihnya ke atas adalah jendela kaca. 

Di tengah lorong lintasan pengunjung yang diatur sedemikian rupa, bu Alif mulai menjelaskan dengan antusiasme tinggi, tak ada sedikitpun keraguan pada pemilihan katanya. Lugas dan bernas. Narasinya agresif dikemas dengan senyuman sopannya, pun dibalut dengan potret kesederhanaan, ala kadarnya namun mengena.

Saya tak kuasa menahan kekaguman ini dan seperti kebiasaan baru saya, mengungkapkan kekaguman seketika dimomen saya merasakannya adalah sebuah kelegaan yang tak boleh saya lewatkan.

Geologi, palaentologi dan arkeologi, adalah trias resume time travelling yang beliau coba ungkapkan kepada kami, tentang betapa runtut dan terorganisirnya entitas sederhana ini. Koleksinya ribuan, dan uniknya pernah beberapa di antaranya dihibahkan kepada museum yang berlipat kali lebih terkenal meski belakangan ketahuan ternyata koleksi yang dihibahkan itu tidak lagi ada di sana.

Ada dua display fragmen tulang Gajah purba di tengah ruangan itu. Yang pertama adalah potongan tulang kaki, dan di sebelahnya adalah potongan struktur mulut dan giginya. Label yang tersemat menjelaskan bahwa tulang-tulang itu berasal dari era plistosen, jutaan tahun lalu. Saya lempar pertanyaan, "di mana panjenengan mendapatkannya". Berbinar-binar beliau menjawab, "kami dapatkan di lokasi penggalian waduk di dekat sini pak, waduk dayak'an" timpalnya cepat. 

Mata saya beredar ke seluruh ruangan seolah kebingungan menetapkan pilihan untuk mendapat penjelasan atas koleksi yang mana. Bu Alif pintar, beliau mampu menangkap situasi itu. Ditariknya saya ke sudut ruangan ke sebuah etalase. "Ini adalah fosil udang, gigi hiu dan fosil kepiting pak, juga dari wilayah Bojonegoro". "Semua koleksi ini, kami dapatkan dari Bojonegoro saja", beliau melengkapi. 

Bagaimana mungkin pada satu era terdapat kehidupan hewan darat berkaki empat dan di era yang berbeda pada wilayah yang sama juga berlangsung kehidupan lautan. Pasti ada sebuah aktivitas geologi besar di masa yang sangat lampau yang saya yakini pernah terjadi di wilayah ini, Bojonegoro. Hanya saja pertanyaan besar ini belum saya konfirmasikan lebih jauh ke bu Alif. Saya lupa menanyakannya.

Jangan tanya tentang koleksi bebatuan dan temuan benda-benda kunonya, banyak sekali. Beberapa sempat hilang dan tak kembali hingga sekarang. "Oleh karenanya, langkah berikutnya yang akan kami lakukan adalah mem-barcode semua koleksi ini dan mencatatnya dalam sebuah sistem yang akan kami bangun". Penjelasan pak Febri ini membuat saya manggut-manggut wagu, pak Febri adalah Kepala Sekolah SDN Panjunan 2, sosok yang sebelas dua belas antusiasmenya dengan bu Alif, sebelas koma limanya adalah para murid yang ternyata merekalah yang menjadi tulang punggung muatan lokal kurikulum sekolah yang hanya saya temukan di sekolah in

Mereka punya aktivitas ekstra kurikuler yang dinamakan "Geladak", yang artinya "ngeluthus" melengkapi koleksi untuk membangun kekayaan intelektual sekaligus kecintaan terhadap palaentologi, geologi dan arkeologi. 

Ada cita-cita besar mereka, yaitu ingin meng-Geladak ke sebuah wilayah yang menurut mereka menarik untuk didatangi di musim kemarau ini, sengaja tak saya ceritakan nama wilayahnya. Biarlah anak-anak SD ini saja yang menerjuni, karena info berharga semahal ini bila jatuh kepada para partikelir mungkin akan berujung pada niat yang salah, hanya saja saya kepikiran ketika pak Febri bilang mereka ingin naik jeep menuju ke sana. Seolah secara tidak langsung mengungkapkan rasa masygulnya tentang mungkin tidaknya terwujudnya harapan itu.


Oleh:
Achmad Gunawan F. ,S.STP

(Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Bojonegoro)


By Admin
Dibuat tanggal 09-06-2025
1308 Dilihat
Bagaimana Tanggapan Anda?
Sangat Puas
82 %
Puas
9 %
Cukup Puas
0 %
Tidak Puas
9 %